Suatu ketika saya berkesempatan mendengar keluh kesah seorang guru honorer. Penuturan beliau membuat hati ini tersentak.
Ini tentang pengabdiannya yang sudah setahun. Gajinya yang kecil dibayar per 3 bulan.
Orang yang lain beranggapan bahwa guru di pedalaman malas mengajar. Secara sepihak menyalahkan guru. Mereka tidak melihat dari sisi manusiawi. Ya kondisional memang problematika ini.
Disana bisa jadi guru disalahkan. Disini kita harus cermati dulu situasinya. Oke, sebut saja Ibu Yossi. Guru honor setahun mengabdi. Saya tanyakan mengapa guru ada yang tidak hadir untuk mengajar?
Beliau menjawab, biasanya guru kalau tidak hadir krn tidak ada uang ongkos taksi.
Angkot disini untuk sehari Rp 20.000. Relatif kecil bagi yang beruang.
Ternyata uang ongkos itu terasa berat bagi mereka yang masih berpendapatan kecil. Bukan karena malas ke sekolah. Mereka hanya tidak mampu untuk pergi ke sekolah. Apakah salah?
Sekali lagi, jangan semena -mena menyamaratakan kondisi yang ada. Guru kosong di sekolah, perlu sikap bijak sebelum berkesimpulan.
Wahai Guru... Tegakkan Pengabadian. Tuntut Keadilan.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas komentarnya. Seumpama berbicara, saya merasa dihargai karena telah dengarkan. Semoga post ini bermanfaat bagi semua.