Sumber |
Blog ini saya beri nama TRANSMIGRANDE karena melalui blog ini saya ingin menuliskan segala cerita seorang anak Transmigran tentang hidupnya, lingkungannya, pengalamannya, teman-teman dan tentang keadaan Transmigrasi di Indonesia kususnya di Kota Timika Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Saya bersyukur menjadi seorang anak Transmigran dengan demikian saya mampu merasakan dinamika sosial yang beraneka ragam dan rasa di daerah perantauan orang tua (tempat lahir / tanah pertiwi saya). Bayangkan saja, separuh Indonesia, merupakan cakupan yang besar untuk dipahami. Saya telah berinteraksi dengan kondisi itu di Timika dan di setiap perjalanan Salatiga-Timika baik via Kapal Laut pada jaman dahulu atau dengan Pesawat Terbang. Besar harapan kisah kami para anak Transmigran mampu memberikan suntikan motivasi bagi rekan-rekan yang mungkin hidupnya saat ini masih terasa sukar dijalani. Semangatlah !
Pengertian Transmigrasi Secara Umum
"Transmigrasi (Latin: trans - seberang, migrare - pindah) adalah suatu program yang dibuat oleh pemerintah Indonesia untuk memindahkan penduduk
dari suatu daerah yang padat penduduk (kota) ke daerah lain (desa) di
dalam wilayah Indonesia. Penduduk yang melakukan transmigrasi disebut transmigran." Sumber arti berasal dari Wikipedia. Nah, berarti saya anak Transmigran bukan Transmigran karena tidak ikut transmigrasi malah lahir di lokasi Transmigrasi.
Awal Mula Transmigrasi di Timika
Tahun 1990 ayah dan ibu saya diterbangkan dengan pesawat Hercules menuju Kabupaten Fak-Fak, Irian Jaya. Pada saat itu Papua belum dikenal seperti sekarang ini dan Timika belum menjadi Kota Kabupaten. Mimika masih menjadi bagian dari Kabupaten Fak-Fak. Kepergian historis yang diiringi isak tangis keluarga dari Jawa ke Timika itu bukanlah perkara yang mudah. Saat itu, Papua laksana The Lost World atau Jurasic Park-nya Indonesia. Orang tua saya adalah pasangan pengantin baru, sangat baru, masih muda dan ibu saya sedang hamil mengandung janin (saya) anak pertamanya. Keberanian alias bentuk kenekatan yang luar biasa bagi Ayah dan Ibu untuk mengambil keputusan Transmigrasi ke Papua.
Keluarga kami di tempatkan di Satuan Pemukiman 2 atau biasa di sebut SP 2. Alamat lengkapnya saya masih ingat. Jalan Srikaya nomor 459 Kampung Timika Jaya. Jika SP 2 dibentuk sekitar tahun 1990 ada kemungkinan SP 1 di bentuk antara tahun 1987-1989. Saya bisa menebak bahwa sebelum tahun 1987 kondisi Timika benar-benar hutan belantara. Disana memang ada suku asli Timika, Suku Amungme dan Suku Kamoro. Kondisinya mereka adalah pemilik hak ulayat tanah Timika akantetapi dahulu kala persebaran mereka bukan tepat di lokasi Timika saat ini. Suku Amungme lebih suka berkehidupan di daerah atas sedangkan suku Kamoro adalah suku asli Timika yang suka hidup di daerah Pesisir. Praktis, di lokasi transmigrasi jarang kami temui pribumi pada masa-masa awal. Ceritanya mereka turun dari gunung dan sebagian naik gunung dan ikut meramaikan lokasi transmigrai.
Kemajuan Timika sebagai Kota tidak terlepas dari keberadaan Sumber Daya Alam yang melimpah, PT Freeport Indonesia dan Para Transmigran. Ketiga hal tersebut terangkai menjadi padu, bersinergi membangun Timika hingga menjadi sekarang ini. Ironisnya, kawan sebaya disana enggan lagi mengakui jati dirinya sebagai Transmigran dan lebih bangga menjadi Karyawan PT Freeport yang bekerja di Pertambangan Emas, Tembaga itu. Padahal sektor pertanian yang polanya dibebankan kepada Transmigran merupakan hal penting untuk kemashalatan warga Timika. Peluangnya adalah melalui pelabuhan dan bandara internasional Mozez Kilangin. Banyak kebutuhan pokok mungkin sebian besar kebutuhan di suplay dari luar Mimika. Jikalau Transmigran kuat dalam bertindak dan didukung oleh iklim politik yang kondusif. Kita cukup kuasai sektor pertanian sehingga ita tidak perlu lagi beli beras dari jawa, beli susu, apel, jeruk, sayur mayur dari Australia.
Sejarah Terbentuknya Mimika
Awalnya Mimika merupakan sebuah kecamatan dari wilayah administrasi Kabupaten Fakfak, berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1996, Kecamatan Mimika ditetapkan sebagai Kabupaten Administratif, kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999, Mimika menjadi Kabupaten Otonom.
Kediaman kami sekarang ini di wilayah kecamatan Mimika Baru. Lokasinya sekitar 9 kilometer dari kota Timika. Jarak ke Bandara Internasional Mozez Kilangin tidak terlalu jauh. Perjalanan hanya memakan waktu seitar 15 menitan. Jadi kalau saya terbang pulang kampung tidak sampai seharian. Take Off jam 6 pagi dari Yogyakarta bisa tiba di Timika pada jam 14:00 WIT. Bandingkan jika dulu harus naik Kapal Laut, perjalanan kami bisa 7-10 hari mengarungi lautan Nusantara. Sekarang bandara sudah dipugar, terlihat semakin nyaman seperti gambar dibawah ini.
Bandara Kebanggaan Timika |
Peran PT Freeport Bagi Timika
Perusahan ini sejak dahulu memang care terhadap orang Papua. Sampai-sampai saya sebagai anak Papua non pribumi jadi iri melihatnya. Pemberdayaan banyak dilakukan oleh PT FI contohnya dibidang agriculutur.
Salah satu contoh program pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal yang dilakukan Freeport yaitu pembinaan peternak ayam petelur melalui Yayasan Jayasakti Mandiri di Kampung Utikini Baru-SP12, Distrik Kuala Kencana. Selain itu, Freeport melalui Amarta juga terlibat dalam kegiatan pembinaan para petani kopi di Wamena, dimana produksi kopi para petani di Wamena tersebut telah diekspor ke luar negeri. Sumber
Selama ini Freeport melalui PT Pangansari Utama selaku perusahaan
pengelola jasa catering di lingkungan perusahaan masih mengandalkan
pasokan sayur dan buah-buahan dari luar Papua, bahkan impor dari luar
negeri misalnya dari Australia karena produksi petani lokal di Mimika masih terbatas. Ini peluang bagi saya sebagai calon sarjana peternakan untuk peningkatan produksi ternak dan pertanian di Timika.
Saat saya masih dibangku SLTP, teman-teman Pribumi mendapatkan sokongan pendidikan yang luar biasa dari PT FI melalui Yayasan LPMAK (Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro). Mereka diberi beasiswa tanpa beribu syarat, dipermudah. Mereka teman-teman saya mendapatkan fasilitas kursus keterampilan gratis mulai bahasa Inggris, komputer bahasa jepang dan lain-lain. Sayangnya pada saat itu minat sekolah pribumi Papua masih rendah. Lucunya, mereka jadi rajin ke sekolah ketika ada pembagian dana edukasi. Setelah itu, pergi ke pasar central, nongkrong, dan dapat dipastikan dalam 2-3 hari dana pendidikan ludes.
PT FI juga membantu dalam hal penyediaan pemukiman kepada Pribumi. Sekali lagi, pribumi sangat dimuliakan oleh PT FI. Saya kira itu wajar karena PT FI bisa kaya raya karena tanah Papua. Rumah-rumah gratis disediakan untuk pribumi, sembako, uang bulanan diberikan cuma-cuma kepada masyarakat asli papua. Betapa enak hidup orang Papua sepertinya. Kelemahan sistem ini adalah kurang pada pemberdayaan sehingga inovasi sangat kurang. Alhamdulillah, tahun 2011 kepulangan saya ke Papua. Saya dapati banyak orang Papua sudah mulai paham memanfaatkan uang. Uang bukan hanya dihambur-hamburkan saja. Mereka sudah mulai mampu menabung dan berinvestasi. Sekarang orang Papua di Timika sudah banyak yang memiliki Motor, Mobil, bahkan Truk. Rumah mereka juga bagus-bagus, artinya mereka sudah mengerti nilai kemanfaatan suatu produk.
PT FI juga concern pada bidang kesehatan dengan membentuk Malaria Control. Saya bisa menjamin bahwa penelitian dan pengobatan Malaria terbaik ada di Papua. Terutama dan pasti ada di Kota Timika. Jadi orang Papua belum syah, belum sohih kalau belum kena serangan sakit Malaria. Apakah ada yang berminat ?
Migrasi Pendatang Liar di Timika
Kalau saya gambarkan kondisi kota Timika itu seperti bola kabut pada masa awal teori pembentukan Bumi (baca : tata surya). Padat di pusat lalu semakin renggang seiring panjang radiusnya. Ada pendapat rada jengkel dari tokoh di Timika terkait pendatang liar yang tak kenal lelah ke Timika. Sabar ya Pak. Hehehe. Regulasinya dipertegas saja pak, jangan dilarang tapi dibatasi supaya kitorang sama-sama bisa hidup senang.
Tom Beanal, tokoh masyarakat Amungme di Timika berharap agar
trasmigrasi ke Timika dihentikan sesaat, sambil menyiapkan masyarakat
Kamoro dan Amungme lebih dulu. Tujuannya, kelak dapat bersaing bersama
penduduk lainnya yang datang dari penjuru Indonesia ke Timika.
Menanggapi hal itu, Sudarmadi menyebutkan bahwa yang perlu
diperhatikan justru penataan kota dan pendatang liar yang berdatangan
ke Timika.
Deptrans & PPH hanya mempersiapkan area penyangga kota. Jadi bukan
arus transmigrannya yang dihentikan, tapi kotanya yang perlu ditata,"
tuturnya. Bila transmigran yang didatangkan nantinya bertani sayuran,
buah-buahan dan berternak, menurut Sudarmadi, dalam jangka panjang
akan berakibat positif. Sumber
Sesungguhnya Timika itu yang ramai hanya radius 15 kilometer dari Kota. Setelah itu sepi sepoi-sepoi. Kampung ke kampung lain dibatasi hutan. Timika yang ramai yaitu Kota Timika, Kuala Kencana (Amerika Timika 1), Tembagapura (Amerika Timika 2), mungkin sama daerah Pelabuhan. Itu saja, selain semua itu hanya hutan-hutan, sungai dan sedikit lahan.
Pada tahun 2012, di Papua menurut mantan Dirjend Binmas Transmigrasi Wibowo,
sebanyak 17 persen dari jumlah penduduk di Tanah Papua saat ini adalah
merupakan warga transmigrasi. Jumlah ini belum termasuk anak dan
keturunannya, malah kemungkinan jumlah penduduk transmigrasi itu akan
terus bertambah jumlahnya. Sumber
Saya kira lebih bermartabat menjadi Transmigran ketimbang menjadi pendatang liar. Transmigran biasanya dibekali pelatihan bercocok tanam, dibina dimodali rumah, pekarangan dan lahan. Transmigran juga diprioritaskan untuk malakukan peningkatan produksi pertanian atau industri perkebunan lokal. Bedanya dengan pendatang liar. Pendatang liar modal nekat doang. Banyak yang datang tanpa kualifikasi, tinggal di kota pada tempat-tempat yang bukan seharusnya. Mereka mencemari kota, mendirikan pemukiman kumuh, tanpa pekerjaan dan pasti menambah beban pemerintah.
Aspirasi saya untuk pemimpin daerah disana, tolong pak lakukan proteksi kepada pribumi lokal, orang Timika asli agar bisa berdaya saing dan menjadi setara. Misalnya dengan dilakukan spesialisasi kusus pekerjaan bagi warga papua. Contoh di Wamena, tukang becak harus orang pribumi. Mari kita buat di Timika, Indusri Ubi dan Sagu harus dikelola Pribumi. Bisa juga 50% PNS harus berasal dari 7 suku asli di Timika. Usul lain lagi, alokasi ruang pasar 20% untuk pedagang asli Papua. Kita mau sampai kapan lihat mama-mama jual hasil bumi cuma pakai alas tikar plastik. Mereka juga perlu berkembang untuk jadi pengusaha sembako, furnitur, dan elektronik.
Sumber |
Kuala Kencana, Kota Eksklusif di Timika
Lagi-lagi karena Freeport yang menyediakan hunian eksklusif bagi komunitasnya. Ada sebuah distrik di Mimika bernama Kuala Kencana yang kehidupannya sangat wah, mewah serba modern. Disana adalah bentuk kota idaman bagi semua warga yang pernah berdiam di Timika. Kuala Kencana juga merupakan destinasi wisata tahunan tiap libur sekolah dari SD, SLTP, Bahkan hingga masa awal SMA. Berikut ini gambaran kota Kuala Kencana dari angkasa.
Sumber |
Fasilitas yang ada di Kuala Kencana sungguh lengkap, mulai dari alun-alun, sport center, Sekolah Bertaraf Internasional, Hero Supermarker, tempat ibadah, apartement, lapangan golf, pemadam kebakaran, kesehatan, perkantoran PT FI. Saya selalu takjub akan keindahannya. Rumah-rumah disana tertata rapi dan dipasangi panel-panel surya. Saya mengenal lapangan sepak bola sintetis karena pernah ke Kuala Kencana. Kolam renang terbaik pun yang saya kenal selama ini hanya ada di sana. Sedangkan jalanan di Kuala Kencana adalah jalan termulus dan terbaik di Timika.
Kuala Kencana merupakan suatu kawasan yang dibangun oleh Freeport untuk
memfasilitasi semua kebutuhan karyawan yang tinggal atau bekerja di
kawasan Freeport. Kawasan Kuala Kencana yang masih berada di dalam Kota
Timika ini tidak boleh dimasuki orang sembarangan. Setiap akan masuk selalu harus lapor pihak security pada check point. Dahulu fasilitas-fasiltas disana lebih terbuka untuk umum. Saya ingat waktu SD mandi di kolam renang bayar 2.500 rupiah sekali masuk. Sekarang tidak bisa seperti itu lagi, hampir semua fasiltas dapat digunakan bagi penduduk yang memiliki ID Card Kuala Kencana.
Jadi jika mengunjungi Kuala Kencana, Anda dapat merasakan atmosfer yang berbeda. Konsep pembangunan Kuala Kencana cukup menarik yaitu ecoLiving. Ini terlihat dari adanya hutan asri yang ditinggali oleh binatang binatang endemik Papua. Salah satunya adalah burung Cendrawasih. Suara burung cendrawasih juga sering terdengar berkicau di sekitar kompleks. Sumber
Masjid di Kuala Kencana |
Golf Park di Kuala Kencana |
Daerah tempat kami tinggal merupakan daerah penempatan transigrasi pada masa lampau. Sekarang sudah berkembang sangat pesat baik pembangunan fisik dan jumlah penduduknya. Kampung Timika jaya layak dibanggakan karena beberapa hal.
- Kampung kami memiliki SPBU, termasuk SPBU ke-2 Se-Timika.
- Sekolah dari TK-hingga SMA sudah ada. (belum termasuk SLTP ^^)
- Timika Jaya memiliki Rumah Sakit Mitra Masyarkat (RSMM)
- Perumahan PEMDA ada di kampung kami.
- Perkantoran juga banyak di bangun di sana.
- Pasar sudah jadi. Sedikitnya ada 2 lokasi pasar di Kampung Kami.
- Harga tanah laris manis. Di komplek kami, hanya 2 kepala keluarga yang belum menjual tanah pekarangannya. Ayah saya salah satunya.
- Desa kami dibelah oleh jalan raya Cenderawasih kualitas Hot Mix
- Jarak ke Kota sangat dekat, 15 menit sampai.
Sekilas tentang Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM). Disana adalah tempat kelahiran adik keduaku. N. Miko Saebani. Rumah sakit ini besar, unik, dengan design eropa-indo. Semua bagian dari rumah sakit ini terbuat dari kayu, jarang sekali ditemukan dinding bersemen. Coklat muda, indah sekali bila dilihat. Tumbuhan disekitarnya pun terlihat asri, nampak seperti hutan yang di tengahnya di bangun rumah sakit, semuanya masih asri.
RSMM |
Ah saya malah jadi semakin rindu sama Timika, Kampungku nun jauh disana...
Terlihat sekali dr cara menulis betapa dalam perasaan anda dg timika. Yg ingin saya tanyakan bagaimana interaksi sosial antar suku pribumi dan pendatang dsana. Aman kah? . Apa komoditi hasil pertanian yg plg banyak? . Bagaimana akses jalan antar kabupaten? . Apakah harga kebutuhan pokok msh wajar? Berapa persentase suku jawa disana? .
ReplyDeletesaya di SP2 didepan spbu di ruko sebelas supermarket kokarfi
ReplyDeletesekarang timika makin aman. suku jawa bersatu dan mulai merangkul yg lain. mereka membantu tugas polisi menjaga stabilitas dengan mengaktifkan pos kampling. tepatnya mulai tahun ini. komoditi sayur tertentu sudah banyak di tanam. bahkan harga sering jatuh untuk sayuran. jumlah petani menjamur. tomat bisa jatuh ke 3000 per kilogram. akses jalan antar kabupaten masih sulit. hanya dapat di tempuh kapal atau pesawat. harga timika termasuk terjangkau untuk ukuran papua, pak. sedangkan presentase warga jawa, saya tidak tahu. jangan kuatir, setiap 10 meter pasti ketemu kok saking banyaknya. umumnya mereka yang jawa di perkotaan.
ReplyDeleteSalam kenal mas...sy agus, sambil silaturahim lebih mudah jika boleh berganti no contak yah..hehe
ReplyDeleteAku dimakasaar sih.
Eh by email boleh ya agusdroid11@gmail.com
kok senang yah bacanya
ReplyDeleteWahh... baru nemu blog tentang Timika, jadi kangen tanah kelahiran��
ReplyDelete