...Jangan berubah, jadilah anak baik dan tetap jujur...
Sepenggal kalimat yang dia berikan itu mengandung banyak pengertian alias multitafsir.
Lalu Saya balas. Tentunya tidak langsung saya balas sms darinya.
....Saya pasti berubah. Jadi lebih baik...
Sungguh, dia adalah seseorang yang telah mampu mengetuk pintu hati ini. Sayangnya, semuanya mesti saya pikirkan ulang. Jawabannya tempo hari yang lalu telah membuktikan bahwa kami hanya sebatas ini. Sebatas bersaudara.
Entah mengapa, harapan itu selalu membayang-bayangiku bahwa kelak dia mau menerimaku. Entahlah.
Ada seseorang sepertinya menaruh hati kepada saya, tapi saya menaruh hari kepada orang lain, dan dia yang saya harapkan ternyata menaruh hati kepada orang lain dan bukan saya.
Saya harus bagaimana?
Mencari yang lain adalah pilihan yang sering ditawarkan oleh teman-teman. Saya ingin seperti itu. Saran mereka seharusnya saya lakukan.
Masalahnya adalah, perasaan adalah urusanNya. Seandainya bisa melupakannya, itu akan menjadi lebih mudah.
Akhirnya
Hanya menjaga hati tanpa mengharapkan dia seperi kemarin. Kesepian memang bila dalam kepalamu sudah tidak ada lagi nama. Nama yang kau kagumi, kau yakini, ternyata sudah tak ada lagi dan belum terganti.
Semoga dia tidak tahu isi kepalaku malam ini. Pertemuan terakhir di Jakarta, menjadi potret kenangan manis bahwa she is Okay there.
Cieee..
ReplyDeletecoba di tanyain dulu wal, dia masih baik2 aja apa kena banjir di jakarta. hehe
cerita cinta mu lebih rumit dari birokrat rektorat wal.. :D