07 October 2011

Tembalang Yang Malang


Saya adalah mahasiswa peternakan. Saya sebelumnya tidak mengerti dengan ilmu perencanaan dan tata kota. Saya hanya ingin berpendapat mengenai pembangunan yang sedang terjadi di Tembalang, Semarang.

Suatu ketika, Saya menginjakkan kaki di Tembalang pada saat pendaftaran UM1 tahun 2009 yang lalu. Tembalang masih lumayan sepi. Kawan-kawan ilmu sosial belum pindah kampus dari kampus bawah ke kampus atas.

Sekarang, Kawan kami yang jurusan sosial telah bermigrasi ke kampus atas Tembalang. Manusia tambah banyak, kendaraan yang berlalu-lalang makin banyak, rumah kos, kontrakan, bangunan usaha pun makin banyak.

Pembahasan kali ini akan saya fokuskan pada kegiatan pembangunan perumahan di Tembalang. Sejak tahun 2009 saya memperhatikan bahwa tiap hari pasti ada saja pengerjaan konstruksi. Andai saja biaya itu diinvestasikan ke sektor lain, pasti Tembalang tidak semalang sekarang.

Jika anda mencermati seperti saya mencermati, Anda akan menemukan beberapa hal ganjil di Tembalang terkait pembangunan kontruksi gedung-gedung dan perumahan. Pertama, pembangunan gedung kampus di Undip. Saya melihat ada pergeseran budaya pendirian gedung yang baru. Seharusnya, gedung di Undip mencerminkan budaya Jawa Tengah yakni bangunan dengan bentuk dasar Joglo. Lihatlah Gedung yang lama selalu berdiri dengan bentuk dasar rumah jawa.

Hal kedua yang saya cermati, pembangunan perumahan di sekitar area Undip. Seakan-akan mereka para pemilik uang saling berlomba mendirikan bangunan yang setinggi-tingginya. Ada yang salah menurut saya. Pembangunan ini didasari motif ekonomi dan egoisme yang tinggi. Beberapa pihak membangun kontruksi tanpa memperhatikan hak tetangganya, hak calon penghuninya, dan hak lingkungan.

Saya sendiri merasakannya bagaimana hak saya direbut oleh tetangga (Alhamdulillah). Saat ini, dikos saya, kamar tempat saya beraktifitas, kesulitan mendapatkan sinar matahari.
Jikalau berbicara hak calon penghuni, saya punya saran bagi pencari kos. Pastikan bahwa kos anda nyaman, ventilasi cukup, sinar matahari berlimpah, air tidak susah, mudah diakses dengan motor dan mobil.

Marakknya pembangunan di Tembalang semakin membuat Kecamatan ini menangis tersedu. Lahan-lahan kosong berubah cepat menjadi perumahan. Daerah resapan air semakin kecil luasnya karena betonisasi dan pengaspalan. Akibatnya, Drainase memburuk. Air semakin sulit. Beberapa daerah di Tembalang sudah menderita kekeringan. Alhamdulillah tempat saya masih ada cadangan air.Hehehe.

Cadangan air yang menipis di Tembalang akan berefek buruk bagi daerah lain. Tentunya kita tahu bahwa posisi Tembalang di Semarang Atas menjadi penyetor air bagi daerah Semarang bawah. Sekarang ini, Tembalang mulai kesulitan mendapatkan air. Drainase semakin buruk. Air banyak terpakai, tercemari, dan terbuang percuma. Daya ikat air oleh tanah mulai melemah. Kasihan orang-orang di Semarang bawah.

Sementara itu, masih terkait pembangunan perumahan. Saya tidak mempermasalahkan emansipasi wanita. Akan tetapi, Hanya di Semarang dalam seluruh waktu hidup saya. Wanita dipekerjakan sebagai kuli bangunan. Saya melihat dan merasakannya. Perasaan sedih dan tak berdaya melihat fakta. Salah siapakah ini. Perempuan kok terpaksa kerja kasar seperti itu. Pancen jaman edan. Dunia sudah gila.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas komentarnya. Seumpama berbicara, saya merasa dihargai karena telah dengarkan. Semoga post ini bermanfaat bagi semua.

Followers