Suatu ketika, Saya
menginjakkan kaki di Tembalang pada saat pendaftaran UM1 tahun 2009 yang lalu.
Tembalang masih lumayan sepi. Kawan-kawan ilmu sosial belum pindah kampus dari
kampus bawah ke kampus atas.
Sekarang, Kawan kami
yang jurusan sosial telah bermigrasi ke kampus atas Tembalang. Manusia tambah
banyak, kendaraan yang berlalu-lalang makin banyak, rumah kos, kontrakan,
bangunan usaha pun makin banyak.
Pembahasan kali ini
akan saya fokuskan pada kegiatan pembangunan perumahan di Tembalang. Sejak
tahun 2009 saya memperhatikan bahwa tiap hari pasti ada saja pengerjaan
konstruksi. Andai saja biaya itu diinvestasikan ke sektor lain, pasti Tembalang
tidak semalang sekarang.
Jika anda mencermati
seperti saya mencermati, Anda akan menemukan beberapa hal ganjil di Tembalang
terkait pembangunan kontruksi gedung-gedung dan perumahan. Pertama, pembangunan
gedung kampus di Undip. Saya melihat ada pergeseran budaya pendirian gedung
yang baru. Seharusnya, gedung di Undip mencerminkan budaya Jawa Tengah yakni
bangunan dengan bentuk dasar Joglo. Lihatlah Gedung yang lama selalu berdiri
dengan bentuk dasar rumah jawa.
Hal kedua yang saya
cermati, pembangunan perumahan di sekitar area Undip. Seakan-akan mereka para
pemilik uang saling berlomba mendirikan bangunan yang setinggi-tingginya. Ada
yang salah menurut saya. Pembangunan ini didasari motif ekonomi dan egoisme
yang tinggi. Beberapa pihak membangun kontruksi tanpa memperhatikan hak
tetangganya, hak calon penghuninya, dan hak lingkungan.
Saya sendiri
merasakannya bagaimana hak saya direbut oleh tetangga (Alhamdulillah). Saat ini, dikos saya,
kamar tempat saya beraktifitas, kesulitan mendapatkan sinar matahari.
Jikalau berbicara
hak calon penghuni, saya punya saran bagi pencari kos. Pastikan bahwa kos anda
nyaman, ventilasi cukup, sinar matahari berlimpah, air tidak susah, mudah
diakses dengan motor dan mobil.
Marakknya
pembangunan di Tembalang semakin membuat Kecamatan ini menangis tersedu.
Lahan-lahan kosong berubah cepat menjadi perumahan. Daerah resapan air semakin
kecil luasnya karena betonisasi dan pengaspalan. Akibatnya, Drainase memburuk.
Air semakin sulit. Beberapa daerah di Tembalang sudah menderita kekeringan.
Alhamdulillah tempat saya masih ada cadangan air.Hehehe.
Cadangan air yang
menipis di Tembalang akan berefek buruk bagi daerah lain. Tentunya kita tahu
bahwa posisi Tembalang di Semarang Atas menjadi penyetor air bagi daerah
Semarang bawah. Sekarang ini, Tembalang mulai kesulitan mendapatkan air.
Drainase semakin buruk. Air banyak terpakai, tercemari, dan terbuang percuma.
Daya ikat air oleh tanah mulai melemah. Kasihan orang-orang di Semarang bawah.
Sementara itu, masih
terkait pembangunan perumahan. Saya tidak mempermasalahkan emansipasi wanita.
Akan tetapi, Hanya di Semarang dalam seluruh waktu hidup saya. Wanita
dipekerjakan sebagai kuli bangunan. Saya melihat dan merasakannya. Perasaan
sedih dan tak berdaya melihat fakta. Salah siapakah ini. Perempuan kok terpaksa
kerja kasar seperti itu. Pancen jaman edan. Dunia sudah gila.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas komentarnya. Seumpama berbicara, saya merasa dihargai karena telah dengarkan. Semoga post ini bermanfaat bagi semua.