Artikel ini adalah copy paste artikel milik orang lain. Sebagai wujud tanggung jawab, maka saya sertakan link aslinya klik di sini saja.
Pastor Agatho tertarik dalam pengembangan pertanian organis diawali
ketika bertugas di Sanggau, Kalimantan Barat pada tahun 1960. Kala itu
Pastor mendapati banyaknya petani yang mengeluh tidak mampu menghadapi
serangan hama sehingga mengalami kegagalan panen. Selain itu juga adanya
pencemaran pestisida kimia terhadap tanaman yangberdampak pada
penurunan kesehatan petani.
Ketika pulang ke negerinya, Pastor Agatho mengamati dan mempelajari
secara khusus sistem pertanian organik yang dikembangkan di sana. Namun
dorongan untuk mengembangkan pertanian organis di Indonesia semakin kuat
seusai membaca buku The One-Straw Revolution karya Masanobu
Fukuoka, penggerak pertanian organik di Jepang. Fukuoka mengatakan,
dalam pertanian yang utama bukan teknik, melainkan sikap. Sikap itu
adalah sikap yang menghargai alam dan seisinya, yang kemudian
mengejawantah dalam cara bercocok tanam. Dengan model ini, sistem
pertanian dilakukan tanpa adanya campur tangan zat kimia, dan hasilnya
sayuran, tumbuhan dan biji-bijian dapat berkembang baik dengan asupan
alami dari tanah. Hal ini dapat terjadi karena ada keharmonisan antara
alam dengan perlakuan manusia.
Pastor Agatho kemudian mendirikan Pusat Pengembangan Organis bernama
Yayasan Bina Sarana Bakti di desa Tugu Selatan, Cisarua, Bogor pada
tahun 1984. Melalui Yayasan tersebut, Pastor Agatho memperkenalkan
konsep pertanian organis. Menurutnya, ”Organis berasal dari kata organ, aslinya dari bahasa Yunani organon, yang artinya alat kerja. Kata dasarnya Ergon,
yang berarti pekerjaan. Jadi organis berarti alat kerja (organ) yang
bekerja untuk organisme. Organ yang bekerja dengan baik, organisme pun
akan sehat. Sikap hidup inilah yang perlu kita kembangkan untuk mencapai
harmonis antara manusia dengan alam.” Konsep ini menggambarkan
kesatuan unit yang mendasar dimana masing-masing teratur dan terarah
pada satu kesatuan: harmoni antara organ dan organisme. Setiap anggota
mendukung keseluruhan, dan keseluruhan menjaga anggotanya.
Sistem pertanian organis, berupaya meniru sedekat mungkin dengan
sistem kehidupan yang alam berikan. Mengingat alam sudah terbukti mampu
bertahan, mendukung organisme di dalamnya (hewan, tumbuhan, manusia,
hingga mikroorganisme di dalam tanah) dengan mekanisme harmonisnya. Maka
petani yang merawat alam akan mendapatkan manfaat dari alam tersebut,
sehingga tidak diperlukan pupuk dan pestisida untuk memperkaya tanah,
maupun bibit rekayasa genetik. Karenanya, produk pertanian organis tidak
saja menguntungkan secara ekonomi dan kesehatan, tetapi juga membuat
petani menjadi mandiri, karena tidak perlu bergantung pada penggunaan
pupuk dan zat-zat kimia lainnya untuk memperkaya tanah, seperti para
pertanian modern.
Pastor Agatho menambahkan, dengan konsep seperti itu, menurutnya lebih tepat menggunakan imbuhan ”is” (organis), yang berarti sifat, ketimbang ”ic” (organic) yang berarti ilmu atau bidang, seperti yang sudah umum digunakan orang kebanyakan selama ini.
Melalui Yayasan Bina Sarana Bakti di lahan 10 hektar, selain
menyediakan lahan untuk ditanami, juga dibangun kantor, asrama, dan
perpustakaan yang menjadi sarana belajar bagi siapa saja yang berminat
mengembangkan pola hidup organis. Di pusat pengembangan organis ini
terdapat beberapa program kegiatan: penelitian, produksi tanaman dan
benih organis pengembangan pasar tanaman organis, dan pelatihan atau
kursus pertanian.
Penataan dan pembangunan gedung dan lahan di areal tersebut juga
dirancang sedemikian rupa mengikuti prinsip-prinsip organis. Meski
beberapa areal menjadi gedung, namun di atas bangunan tersebut dapat
ditanami tanaman organis. Atap bangunan juga menjadi wahana penampung
air hujan yang kemudian disalurkan ke bak penampungan untuk kemudian
menjadi sumber air penyiraman bagi tanaman.
Selain itu, aliran air sungai yang membelah lokasi diatur dengan
irigasi dan kemudian ditampung di bak penampungan. Bak penampungan ini
berfungsi sebagai penyaring dan penetralisir air, mengingat tak jarang
air sungai membawa sampah, lumpur, pasir, maupun sudah terkontaminasi
bahan-bahan limbah rumah tangga (deterjen, sabun, dan lainnya), maupun
limbah pertanian (pupuk dan pestisida). Untuk menetralisir air dari
limbah dibiarkan gulma air (seperti eceng gondok), sedangkan pasir dan
lumpir, dipisahkan untuk dimanfaatkan kembali dengan berbagai fungsi.
Lumpur dapat menjadi media tanam yang sangat subur, sedangkan pasir
digunakan untuk bahan bangunan. Sedangkan arus sungainya juga digunakan
sebagai penggerak generator untuk menghasilkan listrik. Air yang sudah
disaring kemudian digunakan untuk menyiram seluruh areal lahan. Inilah
prinsip organis, dimana setiap bagian mendukung perkembangan bagian lain
dan bekerja secara harmonis.
Kemudian, untuk mengembangkan lebih lanjut ke masyarakat, Yayasan ini
banyak menyelenggarakan pelatihan, seminar dan workshop di berbagai
daerah. Hasilnya cukup menggembirakan, dimana banyak pengunjung, maupun
petani yang mendukung pentingnya model pertanian organis yang
meninggalkan pestisida dan zat kimia lainnya.
Setelah bertahun-tahun, bersama Ir. Soedaryanto, alumnus pertanian
UGM, mereka kini lebih menekankan aspek penelitian agar model pertanian
organis lebih dekat meniru alam yang sesungguhnya. Bagi mereka, tanah
adalah sistem kehidupan yang relatif mudah diganggu. Untuk itu pekerja
tidak diperkenankan mengolah tanah dengan cangkul, tetapi cukup dengan
garpu. Tujuannya adalah agar tidak membunuh kehidupan di dalam tanah
yang bermanfaat menyuburkan tanah, seperti cacing tanah.
Selain itu, dalam setiap bedengan lahan berukuran luas 10m2, ditanami
bercampuran 2-3 jenis tanaman sayur. Tujuannya adalah untuk menjaga
tidak terjadinya ledakan populasi hama tanaman, dan bisa menyuburkan
tanah, karena rotasi berbagai jenis tanaman akan membuat unsur hara
tanah menjadi lebih seimbang.
Selain tanaman sayur, dalam bedengan juga tumbuh gulma dan semak
belukar. Gulma tetap dipertahankan untuk memperkuat akar tanaman sawi,
sehingga sawi tumbuh lebih baik. Rumput liar yang tumbuh, bila disiangi
dan didiamkan dalam waktu tertentu akan menjadi humus yang memberikan
kehidupan bagi cacing tanah, mikroorganisme, maupun jamur saprofit.
Keberadaan hal tersebut akan menekan pertumbuhan jamur patogen, sehingga
mendukung pertumbuhan tanaman sayur.
Menurut Soedaryanto, dalam pengendalian hama penyakit, bagian
terakhir adalah kuratif, yaitu pengobatan diberikan setelah tanaman
terserang penyakit atau hama tertentu. Dalam pertanian organis, obat
terdiri dari pestisida hayati dan nabati. Pestisida hayati adalah
menggunakan musuh atau hama alami. Disini petani secara sadar menternak
musuh-musuh alami, lalu menyebarkan ke tanaman yang terserang penyakit.
Musuh alami ini kemudian akan mengendalikan perkembangan penyakit.
Pestisida nabati lebih sederhana, yaitu menggunakan tanaman-tanaman yang
berfungsi mengendalikan hama penyakit diracik sedemikian rupa menjadi
cairan obat bagi tanaman.
Namun dalam populasi hama yang sangat tinggi, pestisida nabati
seringkali tidak efektif, ketimbang pestisida alami. Karena dalam
pengobatan dengan pestisida nabati, yang disasar adalah untuk
memperlambat perkembangan telur-telur atau larfa. Namun bila larfa
menjadi hama dewasa, maka diperlukan hama lain yang akan memangsanya.
Karenanya dalam pertanian organis, hama-hama tanaman pun dibiarkan
berkembang untuk memenuhi siklus rantai makanan di dalam ekosistem. Tak
mengherankan bila di dalam lahan pertanian organis akan tetap dijumpai
burung katak, kadal, belalang, kupu-kupu, berbagai jenis serangga
lainnya yang jarang ditemui di sistem pertanian modern yang menggunakan
zat kimia. Hama dan predator hidup bersama di perkebunan sayur, sehingga
hama dapat dikontrol secara alami oleh predator. Keanekaragaman hayati
seperti ini disengaja, karena semakin beranekaragam suatu ekosistem,
semakin membuat stabil ekosistem tersebut.
Panen tanaman dilakukan setiap pekan pada hari kamis. Para petani
mitra YBSB melakukannya dengan telaten. Tanaman dipetik dan dibersihkan,
sedangkan sisa tanaman masih dimanfaatkan sebagai kompos. Kendati
dipanen setiap pekan, ke-50 jenis tanaman selalu tersedia, karena pola
penanaman dan pemanenanya diatur sedemikian rupa sehingga selalu dapat
dipanen secara bersamaan, meski umur masak dari setiap tanaman berbeda.
Hasil panen lalu ditimbang dan dipilah sesuai dengan keinginan
pelanggan. Sayur-sayur lalu dikemas dalam plastik khusus, untuk menjaga
kesegarannya. Selain menyebarkan ke berbagai tempat pelanggan, konsumen
juga dapat membelinya langsung di tempat penjualan di Yayasan.
Saat ini pelanggan hasil pertanian organis tersebar di berbagai kota
besar. Selain melayani pelanggan rumahan, yang terbagi dalam
kelompok-kelompok kluster, kini hasil pertanian organis juga dapat
ditemui di berbagai gerai dan toko swalayan, diantaranya di Toko Buah
Total Buah Segar dan Ranch Market.. Banyak pelanggan merasakan bahwa
sayurannya terasa lebih segar, enak dan manis, serta tahan lama bila
disimpan dalam lemari pendingin, ketimbang sayuran dari pertanian
modern.. Dan apabila dimasak, rasanya jauh lebih enak. Selain itu
mendukung pada pola hidup sehat
Kini bahkan dalam rangka mendorong gerakan organis ke masyarakat yang lebih luas, sudah berdiri komunitas organis yang bernama Cormundi,
berarti orang yang hatinya terbuka untuk dunia. Menurut Pastor Agatho,
inilah hasil dari prinsip organis, dimana satu sama lain saling
mendukung.
Untuk mendukung kepercayaan pelanggan, produk-produk organis
disertifikasi oleh National Assosiation of Sustainable Agriculture
Australia (NASAA). NASAA melakukan kunjungan dan menginspeksi lahan
pertanian organis pada tahun 2001. Hal ini memungkinkan mengisi pasar
international, seperti Singapura.
Dengan mengkonsumsi tanaman organis, menjadikan tubuh lebih sehat,
juga menjaga kelestarian lingkungan. Karenanya organis, bukan hanya soal
pertanian, tapi sikap hidup untuk melayani, baik sesama, juga hewan,
tumbuhan dan makhluk hidup lainnya. Inilah inti sikap hidup organis:
mendukung harmoni alam, seperti moto Yayasan “The Organic Way: All in Harmony.”
May 2008
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas komentarnya. Seumpama berbicara, saya merasa dihargai karena telah dengarkan. Semoga post ini bermanfaat bagi semua.