04 September 2013

Alasan mengembangkan Pertanian Organis

Artikel ini adalah copy paste artikel milik orang lain. Sebagai wujud tanggung jawab, maka saya sertakan link aslinya klik di sini saja.

Pastor Agatho tertarik dalam pengembangan pertanian organis diawali ketika bertugas di Sanggau, Kalimantan Barat pada tahun 1960. Kala itu Pastor mendapati banyaknya petani yang mengeluh tidak mampu menghadapi serangan hama sehingga mengalami kegagalan panen. Selain itu juga adanya pencemaran pestisida kimia terhadap tanaman yangberdampak pada penurunan kesehatan petani.
Ketika pulang ke negerinya, Pastor Agatho mengamati dan mempelajari secara khusus sistem pertanian organik yang dikembangkan di sana. Namun dorongan untuk mengembangkan pertanian organis di Indonesia semakin kuat seusai membaca buku The One-Straw Revolution karya Masanobu Fukuoka, penggerak pertanian organik di Jepang. Fukuoka mengatakan, dalam pertanian yang utama bukan teknik, melainkan sikap. Sikap itu adalah sikap yang menghargai alam dan seisinya, yang kemudian mengejawantah dalam cara bercocok tanam. Dengan model ini, sistem pertanian dilakukan tanpa adanya campur tangan zat kimia, dan hasilnya sayuran, tumbuhan dan biji-bijian dapat berkembang baik dengan asupan alami dari tanah. Hal ini dapat terjadi karena ada keharmonisan antara alam dengan perlakuan manusia.
Pastor Agatho kemudian mendirikan Pusat Pengembangan Organis bernama Yayasan Bina Sarana Bakti di desa Tugu Selatan, Cisarua, Bogor pada tahun 1984. Melalui Yayasan tersebut, Pastor Agatho memperkenalkan konsep pertanian organis. Menurutnya, ”Organis berasal dari kata organ, aslinya  dari bahasa Yunani organon, yang artinya alat kerja. Kata dasarnya Ergon, yang berarti pekerjaan. Jadi organis berarti alat kerja (organ) yang bekerja untuk organisme. Organ yang bekerja dengan baik, organisme pun akan sehat. Sikap hidup inilah yang perlu kita kembangkan untuk mencapai harmonis antara manusia dengan alam.” Konsep ini menggambarkan kesatuan unit yang mendasar dimana masing-masing teratur dan terarah pada satu kesatuan: harmoni antara organ dan organisme. Setiap anggota mendukung keseluruhan, dan keseluruhan menjaga anggotanya.
Sistem pertanian organis, berupaya meniru sedekat mungkin dengan sistem kehidupan yang alam berikan. Mengingat alam sudah terbukti mampu bertahan, mendukung organisme di dalamnya (hewan, tumbuhan, manusia, hingga mikroorganisme di dalam tanah) dengan mekanisme harmonisnya. Maka petani yang merawat alam akan mendapatkan manfaat dari alam tersebut, sehingga tidak diperlukan pupuk dan pestisida untuk memperkaya tanah, maupun bibit rekayasa genetik. Karenanya, produk pertanian organis tidak saja menguntungkan secara ekonomi dan kesehatan, tetapi juga membuat petani menjadi mandiri, karena tidak perlu bergantung pada penggunaan pupuk dan zat-zat kimia lainnya untuk memperkaya tanah, seperti para pertanian modern.
Pastor Agatho menambahkan, dengan konsep seperti itu, menurutnya lebih tepat menggunakan imbuhan ”is” (organis), yang berarti sifat, ketimbang ”ic” (organic) yang berarti ilmu atau bidang, seperti yang sudah umum digunakan orang kebanyakan selama ini.
Melalui Yayasan Bina Sarana Bakti di lahan 10 hektar, selain menyediakan lahan untuk ditanami, juga dibangun kantor, asrama, dan perpustakaan yang menjadi sarana belajar bagi siapa saja yang berminat mengembangkan pola hidup organis. Di pusat pengembangan organis ini terdapat beberapa program kegiatan: penelitian, produksi tanaman dan benih organis pengembangan pasar tanaman organis, dan pelatihan atau kursus pertanian.
Penataan dan pembangunan gedung dan lahan di areal tersebut juga dirancang sedemikian rupa mengikuti prinsip-prinsip organis. Meski beberapa areal menjadi gedung, namun di atas bangunan tersebut dapat ditanami tanaman organis. Atap bangunan juga menjadi wahana penampung air hujan yang kemudian disalurkan ke bak penampungan untuk kemudian menjadi sumber air penyiraman bagi tanaman.
Selain itu, aliran air sungai yang membelah lokasi diatur dengan irigasi dan kemudian ditampung di bak penampungan. Bak penampungan ini berfungsi sebagai penyaring dan penetralisir air, mengingat tak jarang air sungai membawa sampah, lumpur, pasir, maupun sudah terkontaminasi bahan-bahan limbah rumah tangga (deterjen, sabun, dan lainnya), maupun limbah pertanian (pupuk dan pestisida). Untuk menetralisir air dari limbah  dibiarkan gulma air (seperti eceng gondok), sedangkan pasir dan lumpir, dipisahkan untuk dimanfaatkan kembali dengan berbagai fungsi. Lumpur dapat menjadi media tanam yang sangat subur, sedangkan pasir digunakan untuk bahan bangunan. Sedangkan arus sungainya juga digunakan sebagai penggerak generator untuk menghasilkan listrik. Air yang sudah disaring kemudian digunakan untuk menyiram seluruh areal lahan. Inilah prinsip organis, dimana setiap bagian mendukung perkembangan bagian lain dan bekerja secara harmonis.
Kemudian, untuk mengembangkan lebih lanjut ke masyarakat, Yayasan ini banyak menyelenggarakan pelatihan, seminar dan workshop di berbagai daerah. Hasilnya cukup menggembirakan, dimana banyak pengunjung, maupun petani yang mendukung pentingnya model pertanian organis yang meninggalkan pestisida dan zat kimia lainnya.
Setelah bertahun-tahun, bersama Ir. Soedaryanto, alumnus pertanian UGM, mereka kini lebih menekankan aspek penelitian agar model pertanian organis lebih dekat meniru alam yang sesungguhnya. Bagi mereka, tanah adalah sistem kehidupan yang relatif mudah diganggu. Untuk itu pekerja tidak diperkenankan mengolah tanah dengan cangkul, tetapi cukup dengan garpu. Tujuannya adalah agar tidak membunuh kehidupan di dalam tanah yang bermanfaat menyuburkan tanah, seperti cacing tanah.
Selain itu, dalam setiap bedengan lahan berukuran luas 10m2, ditanami bercampuran 2-3 jenis tanaman sayur. Tujuannya adalah untuk menjaga tidak terjadinya ledakan populasi hama tanaman, dan bisa menyuburkan tanah, karena rotasi berbagai jenis tanaman akan membuat unsur hara tanah menjadi lebih seimbang.
Selain tanaman sayur, dalam bedengan juga tumbuh gulma dan semak belukar. Gulma tetap dipertahankan untuk memperkuat akar tanaman sawi, sehingga sawi tumbuh lebih baik. Rumput liar yang tumbuh, bila disiangi dan didiamkan dalam waktu tertentu akan menjadi humus yang memberikan kehidupan bagi cacing tanah, mikroorganisme, maupun jamur saprofit. Keberadaan hal tersebut akan menekan pertumbuhan jamur patogen, sehingga mendukung pertumbuhan tanaman sayur.
Menurut Soedaryanto, dalam pengendalian hama penyakit, bagian terakhir adalah kuratif, yaitu pengobatan diberikan setelah tanaman terserang penyakit atau hama tertentu. Dalam pertanian organis, obat terdiri dari pestisida hayati dan nabati. Pestisida hayati adalah menggunakan musuh atau hama alami. Disini petani secara sadar menternak musuh-musuh alami, lalu menyebarkan ke tanaman yang terserang penyakit. Musuh alami ini kemudian akan mengendalikan perkembangan penyakit. Pestisida nabati lebih sederhana, yaitu menggunakan tanaman-tanaman yang berfungsi mengendalikan hama penyakit diracik sedemikian rupa menjadi cairan obat bagi tanaman.
Namun dalam populasi hama yang sangat tinggi, pestisida nabati seringkali tidak efektif, ketimbang pestisida alami. Karena dalam pengobatan dengan pestisida nabati, yang disasar adalah untuk memperlambat perkembangan telur-telur atau larfa. Namun bila larfa menjadi hama dewasa, maka diperlukan hama lain yang akan memangsanya. Karenanya dalam pertanian organis, hama-hama tanaman pun dibiarkan berkembang untuk memenuhi siklus rantai makanan di dalam ekosistem. Tak mengherankan bila di dalam lahan pertanian organis akan tetap dijumpai burung katak, kadal, belalang, kupu-kupu, berbagai jenis serangga lainnya yang jarang ditemui di sistem pertanian modern yang menggunakan zat kimia. Hama dan predator hidup bersama di perkebunan sayur, sehingga hama dapat dikontrol secara alami oleh predator. Keanekaragaman hayati seperti ini disengaja, karena semakin beranekaragam suatu ekosistem, semakin membuat stabil ekosistem tersebut.
Panen tanaman dilakukan setiap pekan pada hari kamis. Para petani mitra YBSB melakukannya dengan telaten. Tanaman dipetik dan dibersihkan, sedangkan sisa tanaman masih dimanfaatkan sebagai kompos. Kendati dipanen setiap pekan, ke-50 jenis tanaman selalu tersedia, karena pola penanaman dan pemanenanya diatur sedemikian rupa sehingga selalu dapat dipanen secara bersamaan, meski umur masak dari setiap tanaman berbeda.
Hasil panen lalu ditimbang dan dipilah sesuai dengan keinginan pelanggan. Sayur-sayur lalu dikemas dalam plastik khusus, untuk menjaga kesegarannya. Selain menyebarkan ke berbagai tempat pelanggan, konsumen juga dapat membelinya langsung di tempat penjualan di Yayasan.
Saat ini pelanggan hasil pertanian organis tersebar di berbagai kota besar. Selain melayani pelanggan rumahan, yang terbagi dalam kelompok-kelompok kluster, kini hasil pertanian organis juga dapat ditemui di berbagai gerai dan toko swalayan, diantaranya di Toko Buah Total Buah Segar dan Ranch Market.. Banyak pelanggan merasakan bahwa sayurannya terasa lebih segar, enak dan manis, serta tahan lama bila disimpan dalam lemari pendingin, ketimbang sayuran dari pertanian modern.. Dan apabila dimasak, rasanya jauh lebih enak. Selain itu mendukung pada pola hidup sehat
Kini bahkan dalam rangka mendorong gerakan organis ke masyarakat yang lebih luas, sudah berdiri komunitas organis yang bernama Cormundi, berarti orang yang hatinya terbuka untuk dunia. Menurut Pastor Agatho, inilah hasil dari prinsip organis, dimana satu sama lain saling mendukung.
Untuk mendukung kepercayaan pelanggan, produk-produk organis disertifikasi oleh National Assosiation of Sustainable Agriculture Australia (NASAA). NASAA melakukan kunjungan dan menginspeksi lahan pertanian organis pada tahun 2001. Hal ini memungkinkan mengisi pasar international, seperti Singapura.
Dengan mengkonsumsi tanaman organis, menjadikan tubuh lebih sehat, juga menjaga kelestarian lingkungan. Karenanya organis, bukan hanya soal pertanian, tapi sikap hidup untuk melayani, baik sesama, juga hewan, tumbuhan dan makhluk hidup lainnya. Inilah inti sikap hidup organis: mendukung harmoni alam, seperti moto Yayasan “The Organic Way: All in Harmony.”
May 2008

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas komentarnya. Seumpama berbicara, saya merasa dihargai karena telah dengarkan. Semoga post ini bermanfaat bagi semua.

Followers